PROLEGOMENA ( Pengantar Teologia Sistematika )
Natureza Maubise
1. 2. Definisi
Istilah "Teologia"
dapat dimengerti dalam arti sempit atau arti luas. Arti luas: mencakup seluruh
pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologia. Arti sempit: usaha
meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai
Teologia Sistematika.
Definisi umum: Teologia ialah
pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan
karya/ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Definisi khusus:
Teologia Sistematika ialah bagian dari divisi Teologia. yang mengatur secara
terperinci dan berurutan tema-tema dari ajaran doktrin dalam Alkitab.
2. 3. Pengertian Teologia sebagai Ilmu
Teologia meskipun tidak memiliki
fakta-fakta yang dapat diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang
ini) tetap dapat disebut sebagai ilmu karena, sesuai dengan salah satu definisi
"ilmu," teologia adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan
tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak
berubah), dengan cara yang sistematis.
Dengan demikian Teologia Kristen
memenuhi unsur-unsur ilmu:
a.
Dapat
dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.
b.
Menuntut
adanya penjelasan secara metodologis
c.
Menyajikan
kebenaran
d.
Mempunyai
nilai yang universal
e. Memiliki objek yang diteliti
A. B. TEMPAT TEOLOGIA
Pertanyaan yang sering timbul adalah, kalau Teologia adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain (musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dll? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologia bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi.
B. C. PENTINGNYA MEMPELAJARI TEOLOGIA
SECARA SISTEMATIS
1.
Manusia
sebagai mahluk ciptaan yang berasio. Manusia mempunyai kecenderungan untuk
berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis.
2.
Sifat
Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran
tersebar secara acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara
sistematis.
3.
Bahaya
pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan
sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. #/TB 1Pe 3:15, Efe
4:14
4.
Alkitab
adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan
doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat
sehingga dapat menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab
kepada kita untuk jaman ini?"
5.
Alkitab
adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologia bukan hanya sekedar sebagai
pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. #/TB
2Tim 2:24-25; 2Tim 3:15-16
6.
Keutuhan
keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh
pekerja Kristen yang efektif.
A. D. SUMBER TEOLOGIA
1. Alkitab
Sebagai sumber yang paling utama
yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi
gereja
Khususnya dari Bapak-bapak
Gereja, dan perkembangan pengajaran di gereja dari jaman ke jaman, yaitu
tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
3. Buku-buku
Lain
Sumber-sumber lain berasal dari
buku-buku yang sudah "jadi" yang dihasilkan oleh teologia biblika,
historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana membantu
menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.
Catatan: sumber ke 2 dan ke 3 adalah
sumber lain-lain yang bisa dipakai untuk membantu, namun demikian kebenaran
dari sumber-sumber tsb. harus ada di bawah penghakiman/terang Alkitab.
A. E. METODE TEOLOGIA
1. Syarat-syarat
a. Presupposisi
(praduga awal)
Setiap orang mengawali pemikiran
dengan anggapan (asumsi)
b. Mempunyai
perlengkapan rohani dan sikap yang taat.
Seorang yang mempelajari Alkitab
tidak mungkin bersikap objektif, karena ia harus percaya terlebih dahulu bahwa
Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah (iman mendahului rasio).
"Karena percaya, orang mengerti" (Augustinus). Rasio adalah alat yang
dipakai untuk mengerti pengetahuan.
c. Membutuhkan
penerangan Roh (iluminasi)
1)
harus
percaya
2)
harus
berpikir
3)
harus
mempunyai ketergantungan
4) sikap ibadah (penyembahan)
2. Keterbatasan
teologia
a.
Keterbatasan
pemikiran manusia untuk memikirkan pikiran Allah yang tidak terbatas.
b.
Kekurangan
ilmu pengetahuan pembantu.
c.
Keterbatasan
bahasa manusia.
d.
Kekurangan
ketrampilan untuk menguasai dan mengartikan secara tepat Alkitab secara utuh
dan menyeluruh. (hermeneutik).
e.
Bungkamnya
penyataan lanjutan.
f.
Pengaruh
dosa dan kehendak daging.
3. Metode-metode
Teologia
a.
Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu
dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah
gudang fakta (yang tidak dapat dicerna disingkirkan, karena, tidak diterima
oleh rasio).
Dasar teori a priori diterima
dan a posteriori ditolak.
(sebelum pengalaman) (sesudah pengalaman)
b.
Metode Karl Barth Teori Barth mengatakan: bahwa
manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh
karena itu Allah yang mencari manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa
bertemu Allah (yang mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia
maka Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk
menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui
manusia langsung sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka
pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural itu.
c.
Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan
terhadap obyek. Ilmu terjadi, karena manusia menaklukkan diri pada obyek
penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia mampu memberikan
penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu. Teologi juga demikian meskipun
teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan
rasionalitas disiplin ilmu yang lain.
Teologi yang obyektif adalah
sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance
menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka
kalau begitu obyek lah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia.
d.
Metode Paul Tillich Metode yang dipakai adalah
Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana menyampaikan
berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab
ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa
dengan jawaban dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan
oleh bahasa filsafat, sains, psikokologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada
kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh
kepercayaan dalam agama. Untuk itu ia menolak jawaban yang supranaturalisme
dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari liberalisme.
Penekanan metode Tillich adalah
pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang
Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara
semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke
dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-prinsip dan
metode-metode teologis.
e.
Metode
Interpretasi Analitis Teologi adalah ilmu tentang Allah; yang memberikan
paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang
doktrin-doktrin iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini
adalah percaya bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian
sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan)
berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan
relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks.
Dengan demikian unsur terpenting
dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus
ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang
tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:
1)
Penafsir
harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin
keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2)
Penafsir
harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat
dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang
historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya
itu (dari Kejadian- Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik
kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan
secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3)
Untuk
tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang,
dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias,
mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus
sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab
kebutuhan manusia kontemporer.
4)
Keseluruhan
hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu
(analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan
dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini dijamin
sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.
Dasar pemahaman adalah dari #/TB
2Tim 3:16-17; kita tidak mendayagunakan teologi untuk memperbaiki
ketidak-jelasan yang ada dalam Alkitab tapi untuk menerangi ketidak-jelasan
pikiran manusia dalam menanggapi isi Alkitab.
A. F. PEMBAGIAN TEOLOGIA
1. Dalam
arti luas
Teologia, sebagai
keseluruhan pokok studi pendidikan Teologia, dibagi menjadi:
a. Teologia
Biblika (Eksegetis)
Teologia yang berurusan dengan
penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali,
mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam Alkitab.
b. Teologia
Historika (Sejarah)
Teologia yang berurusan dengan
sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki
perkembangan iman/teologia dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologia
Sistematika (Doktrin Iman Kristen)
Teologia yang berurusan dengan
penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk
tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman
Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologia
Praktika (Pelayanan)
Teologia yang berurusan dengan
penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan,
pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada
umumnya.
2. Dalam
arti sempit
Teologia, sebagai usaha meneliti
iman Kristen dari aspek doktrinnya, dibagi menjadi beberapa bidang studi:
·
Bibliologi
(Alkitab)
·
Teologia
Proper (Allah)
·
Antropologi
(Manusia)
·
Soteriologi
(Keselamatan)
·
Kristologi
(Yesus Kristus)
·
Pneumatologi
(Roh Kudus)
·
Eklesiologi
(Gereja)
·
Eskatologi
(Akhir zaman)
3. Struktur
pembagian Teologia Sistematika ==> Image 00001
Nota B: Hakarak Atu Download File PDF bele Klik iha Link Ne'e : Teologia Sistematika
0 comments:
Post a Comment